Jakarta, CNN Indonesia -- Kabar mundurnya Abdee Negara dari Slank cukup mengagetkan banyak penggemar grup musik legendaris itu. Di luar rumor bahwa Abdee mundur entah karena kesehatan atau politik, Slank patutlah dicatat sebagai grup musik yang punya magnet politik yang kuat.
Berdiri sejak 1983, Slank memahat legenda di jagad musik Indonesia. Melampaui sebuah grup band biasa, mereka bertumbuh sebagai sebuah komunitas. Kelompok musik itu tak berhenti pada tepuk tangan usai pentas, tapi menyebarkan kritik sosial di kalangan kaum muda. Para pemujanya berhimpun di komunitas Slanker. Jutaan pengikutnya tersebar di sekujur nusantara.
Jika Iwan Fals berjaya di jalur musik balada sarat kritik, Slank memilih jalur rock n roll. Grup ini dimotori oleh Bimbim, personil Slank yang gandrung menulis lagu bertema kritik sosial. Band anak-anak muda yang mangkal di Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, ini pun melaju dengan gaya antikemapanan. Mereka sukses menarik hati kaum muda dari era medio 80an hingga hari ini.
Pengamat musik Adib Hidayat mengatakan Slank sudah politis sejak berdiri. "Mereka menulis lagu soal kondisi sosial," ujar Adib, yang juga pemimpin redaksi majalah The Rolling Stones Indonesia, Rabu (18/3). Bukan hanya musik dan lirik mereka mewakili perasaan anak muda, tapi tingkah personelnya pun seperti mengikuti apa yang mereka suarakan.
Musik Slank memberikan semangat antikemapanan, semau gue, atau slengek'an. Dengan tampil apa adanya, mereka membenci hipokrisi atau kemunafikan para elit politik. Di Gang Potlot itu Slank membuka pintu bagi banyak kalangan. Para aktivis mahasiswa, peneliti, intelektual kritis, mondar-mandir di sana. Para personel Slank kadang mengajak mereka berdiskusi tentang keadaan sosial.
Sepanjang dekade 80-90an itu lah komunitas Slank bertumbuh pesat. Mereka juga sempat terkena pengaruh buruk narkotika. Hampir saja narkotika menghancurkan Slank dan hidup para personelnya.
Bebas jerat narkotika
Usai terbebas dari jerat narkotika, Slank muncul dengan wajah baru dengan personel baru. Mereka masih setia di jalur rock n roll, dengan pengaruh kuat dari The Rolling Stones. Cara pandang mereka juga mulai matang. Sejumlah lirik Slank menampilkan semangat positif. Mereka menyebarkan virus "Piss" (versi slang dari "Peace"). Kritik mereka kepada penguasa juga makin tajam.
"Mereka sudah lebih dewasa, lebih matang," ujar Adib. Saat gejolak reformasi 1998, Slank ikut menegaskan sikap. Mereka juga berani bersinggungan dengan kekuatan politik praktis, misalnya ketika Amien Rais, mengunjungi markas Slank di Gang Potlot. "Itu sekitaran reformasi 98-an," kata Adib. Usai kunjungan itu, Slank menelurkan album Mata Hati Reformasi.
Tidak ada data resmi berapa banyaknya para Slanker. Komunitas itu tampaknya hanya bisa disaingi oleh Orang Indonesia (OI)--sebutan untuk penggemar Iwan Fals.
Slanker juga punya "kepatuhan" tinggi pada Slank. Di mana pun Slank pentas, mereka akan datang. Iman Fattah, musisi anak bassist God Bless Dony Fatah menyebut Slank bagi Slanker bukanlah band. "Bagi Slanker, Slank mirip sepertis sebuah agama," tuturnya.
Para Slanker yang jumlahnya jutaan itu tentu menjadi magnet bagi para politisi. Apalagi Slank juga menunjukkan keterbukaannya pada politik praktis. Usai lawatan Amien Rais itu, banyak politisi datang ke markas Slank. Alasan dan motif mereka beragam, tapi ujungnya ingin memanfaatkan Slanker buat kepentingan mereka.
"Slank tahu kalau politisi itu memanfaatkan mereka. Makanya Slank selalu menjelaskan posisi mereka usai ada pertemuan. Dan Slank tak pernah minta bayaran, atau mau dibayar untuk mendukung calon tertentu," kata Adib yang juga dikenal dekat dengan para personel Slank.
Ide 'yes', aktor 'no'
Musisi masuk ke politik atau mendukung calon tertentu sebenarnya adalah hal biasa. Bruce Springsteen terbuka mendukung Presiden Barack Obama, atau Kid Rock mendukung John McCain.
"Musisi seperti Slank masuk politik, saya kira bagus buat publik. Asal mereka tidak dibayar untuk mendukung calon," ujar Adib.
Slank sendiri dikenal sebagai pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka tampil di acara kampanye calon presiden Jokowi-Kalla. Bahkan, Abdee Negara menjadi penggagas dua konser besar. Pertama, saat kampanye di Stadion Gelora Bung Karno. Kedua, saat konser kemenangan di Monas.
Hanya saja, Adib melihat, Slank bukanlah pendukung Jokowi. "Slank itu mendukung Jokowi karena mereka merasa apa yang diperjuangkan Jokowi sejalan dengan mereka," ujar Adib.
Ini menurut Adib yang menunjukkan kedewasaan Slank dalam berpolitik. Mereka mendukung ide, gagasan, program, dan bukan tokoh.
Itu mengapa, dalam beberapa pertemuan dengan Slank, ungkap Adib, Bimbim selalu mengatakan, tugas mereka kini adalah kembali lagi ke jalanan. Mereka siap mengawasi kerja Jokowi dan pemerintahannya. "Bimbim bilang, kalau mereka bikin kebijakan yang tidak bener, ya kita jewer," ujar Adib
0 comments:
Post a Comment