DARI MODAL 75 RIBU MENJADI 165 JUTA PERBULAN
Gagal di dua bisnis sebelumnya, rumah makan dan usaha terang bulan mini tak lantas membuat Filsa Budi Ambia patah semangat. Antusiasnya dalam berbisnis memang sangat besar, hal tersebut tergambar saat kehancuran usaha yang melandanya, akhir 2012 silam dia masih bisa tegar dan terus berjuang.
Keseriusannya terbukti saat merintis usaha baru. Pria kelahiran 3 Desember 1985 yang akrab disapa Filsa ini nekat menjual cincin kawin miliknya untuk modal membuat peyek kacang. Resep peyek ini dia peroleh dari tetangganya di Karang Rejo.
"Sisa uang dari jual cincin kawin itu Rp 100 ribu. Saya meneruskan usaha dari tetangga saya tersebut yang sudah berhenti. Melihat keseriusan saya dalam berbisnis, membuatnya mau terus mengajari saya dan memberikan resepnya tersebut," ujarnya.
Tapi, tak semulus yang dia bayangkan. Butuh perjuangan untuk memasarkan peyek kacang yang berhasil Filsa duplikat dari tetangganya tersebut. Untuk menjajakan peyek kacang, dia lakukan dari warung ke warung dan rumah makan ke rumah makan yang ada di Kota Minyak, Balikpapan.
"Pemasaran saya lakukan mengikuti tetangga saya itu. Permintaan bertambah banyak, namun keuntungan yang saya dapatkan sangat kecil. Di situlah saya kembali memutar otak. Daripada saya harus gulung tikar juga," terangnya.
Awal 2013, barulah dia menemukan peluang untuk membuat inovasi demi membantu bisnis barunya tersebut supaya tidak cepat mati. Kepiting yang menjadi ikon kuliner khas Balikpapan, menjadi pilihannya.
"Kebanyakan kuliner kepiting di Balikpapan dalam bentuk makanan berat semua. Belum ada yang buat untuk snack. Saat lihat peluang itulah saya mencoba dan melakukan eksperimen berkali-kali dalam pembuatan peyek kepiting," kata ayah dari Azra Nur Alfaridzi ini.
Setelah menemukan rasa yang cocok, dia pun membagikan kepada beberapa rekannya secara cuma-cuma. Respons yang diterimanya juga sangat bagus.
"Banyak yang bilang enak. Sejak saat itu banyak juga yang datang untuk order. Makanya saya mulai jual juga. Ketika itu ada peyek kacang dan peyek kepiting, karena lebih banyak yang suka rasa kepiting jadi yang kacang saya stop produksinya," ujarnya seperti dilansir Kaltim Post.
Awal Februari 2013 barulah dia menggarap serius bisnis peyek kepiting Kampoeng Timur yang saat ini sudah terkenal di Kaltim dan beberapa kota lainnya di Jawa. Dibantu publikasi dari berita advetorial Kaltim Post, kini suami dari Lupi Mulyani itu mendulang kesuksesan dalam meraih omzet.
"Tak terduga dari modal awal Rp 100 ribu omzet menggeluti bisnis selama satu tahun lebih, saat ini sudah mencapai Rp 130 juta per bulan. Peran media itu (Kaltim Post, Red) memang sangat penting," ujarnya. Dari omzet tersebut 40 persen merupakan keuntungan bersih yang dia ambil.
Filsa menganggap bisnisnya ini masih sangat dini dan belum mencapai kesuksesan. Butuh proses dan waktu yang sangat panjang untuk meraih sebuah kesuksesan sejati.
"Saya punya keinginan untuk menasionalkan produk lokal ini. Mencapai itu, sepertinya saya masih harus merangkak lagi," imbuh Filsa yang saat ini sudah memiliki 10 karyawan ini.
Tak hanya itu, di sisi lain demi membantu pemerintah daerah dalam menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan mengurangi angka pengangguran di Kota Minyak, dia mempunyai cita-cita membuat pabrik besar, peyek kepiting di kota ini.
"Selain karena itu, banyaknya permintaan pasar yang membuat saya berkeinginan membuat pabrik besar dengan mesin-mesin teknologi yang lebih canggih. Karena rumah produksi saat ini sudah tidak cukup menampung stok barang. Sedikit demi sedikit semoga ke depan hal ini bisa saya wujudkan," harapnya.
Terdapat dua rasa peyek kepiting Kampoeng Timur buatan Filsa. Ada rasa original dan pedas. Rasanya juga tak kalah dengan snack-snack lainnya. "Untuk rasa pedas enggak ada level-level seperti produk lain. Ini cuma ada satu level saja yang dijamin sudah pedas," tutupnya. (as)
0 comments:
Post a Comment